Pages

Minggu, 04 November 2012

REBT (Rational Emotive Behavior Therapy)



A.    NAMA PENDEKATAN
RATIONAL EMOTIVE BAHVIOR THERAPY

B.     SEJARAH PERKEMBANGAN
Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) sebelumnya disebut rational therapy dan rational emotive therapy, merupakan terapi yang komprehensif, aktif-direktif, filosofis dan empiris berdasarkan psikoterapi yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang lebih bermakna (fulfilling lives). REBT diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis (1950an), seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi dan modern yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif. Asal-usul terapi rasional-emotif dapat ditelusuri dengan filosofi dari Stoicisme di Yunani kuno yang membedakan tindakan dari interpretasinya. Epictetus dan Marcus Aurelius dalam bukunya “The Enchiridion”, menyatakan bahwa manusia tidak begitu banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada dirinya, melainkan bagaimana manusia memandang/menafsirkan apa yang terjadi pada dirinya (People are not disturbed by things, but by the view they take of them). Pada mulanya Ellis menggunakan psikoanalisis dan person-centered therapy dalam proses terapi, namun ia merasa kurang puas dengan pendekatan dan hipotesis tingkah laku klien yang dipengaruhi oleh sikap dan persepsi mereka. Hal inilah yang memotiviasi Ellis mengembangkan pendekatan rational emotive dalam psikoterapi yang ia percaya dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan efek terapeutik. Ellis mengembangkan teori A-B-C, dan kemudian dimodifikasi menjadi pendekatan A-B-C-D-E-F yang digunakan untuk memahami kepribadian dan untuk mengubah kepribadian secara efektif. Pada tahun 1990-an, Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rasional Emotive Behavior Therapy atau yang biasa kita singkat menjadi REBT. Sampai saat ini, REBT merupakan salah satu bagian dari cognitive behavior therapy (CBT).

C.    HAKIKAT MANUSIA
Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) memandang manusia sebagai individu yang didominasi oleh sistem berfikir dan sistem perasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu. Keberfungsian individu secara psikologis ditentukan oleh fikiran, perasaan dan tingkah laku. Tiga aspek ini saling berkaitan karena satu aspek mempengaruhi aspek lainnya.
Secara khusus, pendekatan ini berasumsi bahwa individu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Individu memiliki potensi yang unik untuk berfikir rasional dan irrasional.
2.      Pikiran irasional berasal dari proses belajar, yang irasional didapat dari orangtua dan budayanya.
3.      Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui simbol dan bahasa. Dengan demikian, gangguan emosional yang dialami individu disebabkan oleh verbalisasi ide dan pemikiran irrasional
4.      Gangguan(self verbalising) yang terus menerus emosional yang disebabkan oleh verbalisasi  dan persepsi serta sikap terhadap kejadian merupakan akar permasalahan, bukan karena kejadian itu sendiri.
5.      Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan sosialnya.
6.      Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang dengan mengorganisasikan kembali persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi logis dan rasional.

Secara dialektik, REBT berasumsi bahwa berfikir logis itu tudak mudah, kebanyakan individu cenderung ahli dalam berfikir tidak logis. Contoh berfikir tidak logis biasanya banyak menguasai individu adalah:
·         Saya harus sempurna
·         Saya baru saja melakukan kesalahan, bodoh sekali!
·         Ini adalah bukti bahwa saya tidak sempurna, maka saya tidak berguna.
Secara sistem nilai, terdapat dua nilai eksplisit yang biasanya dipegang oleh individu namun tidak sering diverbalkan, yaitu (1) nilai untuk bertahan hidup (survival) dan (2) nilai kesenangan (enjoyment). Kedua nilai ini didesain oleh individu agar ia dapat hidup lebih panjang, menetralisir stress emosional dan tingkah laku yang merusak diri, serta mengaktualisasikan diri sehingga individu dapat hidup dengan penuh bahagia.
Meskipun teori ini tidak membahas tahap perkembangan individu, pendapat REBT bahwa anak-anak paling gampang terkena pengaruh dari luar dan memiliki cara berfikir yang tidak rasional daripada orang dewasa. Pada dasarnya,mausia itu naif, mudah disugesti, dan mudah terusik. Secara keseluruhan orang mempunyai kemampuan dalam dirinya sendiri untuk mengontrol pikiran, perasaan dan tindakan, tetapi pertama-tama dia harus menyadari apa yang mereka katakan pada diri sendiri (bicara pada diri sendiri) untuk mendapatkan atas kehidupannya.
Ellis mengidentifikasi sebelas keyakinan irrasional individu yang dapat mengakibatkan masalah, yaitu:
1.      Saya yakin harus dicintai atau disetujui oleh hampir setipa orang dimana saya menjalin kontak.
2.      Saya yakin mestinya harus benar-benar kompeten, adekuat dan mencapai satu tingkat penghargaan yang diakui seutuhnya.
3.      Beberapa orang berwatak buruk, jahat dan kejam, karena itu mereka layak disalahkan dan dihukum.
4.      Menjadi sebuah bencana besar ketika suatu hal terjadi seperti yang tidak pernah saya inginkan.
5.      Ketidakbahagiaan disebabkan oleh situasi tertentu yang berada diluar kemampuan saya mengendalikannya.
6.      Hal-hal yang berbahaya atau menakutkan adalah sumber terbesar kekhawatiran, dan saya harus mewaspadai potensi destruktifnya.
7.      Lebih mudah menghindari kesulitan dan tanggung jawab tertentu ketimbang menghadapinya.
8.      Saya meatinya bergantung pada beberapa hal dan orang lain, dan mestinya memiliki orang-orang yang sungguh bisa diandalkan untuk memperhatikan saya.
9.      Pengalaman dan kejadian masa lalu menentukan perilaku saya saat ini; pengaruh masa lalu tidak pernah bisa dihapus.
10.  Saya mestinya cukup kesal terhadap problem dan gangguan yang ditimbulkan orang lain.
11.  Selalu terdapat solusi benar atau sempurna untuk setiap problem, dan itu mestinya bisa ditemukan, atau problemnya tidak akan pernah selesai hingga tuntas.
12.   
D.    PERKEMBANGAN PERILAKU
1.      STRUKTUR KEPRIBADIAN
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Activating event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.

Activating event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau sistem keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan karena itu menjadi produktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan karena itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Disputing (D), terdapat tiga bagian dalam tahap disputing, yaitu:
1) Detecting irrational beliefs
Konselor menemukan keyakinan klien yang irasional dan membantu klien untuk menemukan keyakinan irasionalnya melalui persepsinya sendiri.
2) Discriminating irrational beliefs
Biasanya keyakinan irasional diungkapkan dengan kata-kata: harus, pokoknya atau tuntutan-tuntutan lain yang tidak realistik. Membantu klien untuk mengetahui mana keyakinan yang rasional dan yang tidak rasional.
3) Debating irrational beliefs
Beberapa strategi yang dapat digunakan:
The lecture (mini-lecture), memberikan penjelasan.
Socratic debate, mengajak klien untuk beradu argumen.
Humor, creativity seperti: cerita, metaphors, dll.
Self-disclosure: keterbukaan konselor tentang dirinya (kisah konselor, dll)

2.      PRIBADI SEHAT DAN BERMASALAH
a.       Pribadi Sehat
Individu yang dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi setiap rangsangan terhadap dirinya.
b.      Pribadi Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Terdapat tujuh faktor yang dapat digunakan untuk mendeteksi pikiran irasional, yaitu:
1.      Lihat pada generalisasi yang berlebihan (overgeneralization)
2.      Lihat pada distorsi (distortion)
3.      Lihat pada hal-hal yang dihapus (deletion)
4.      Lihat pada hal-hal yang dianggap tragedi atau bencana (catastrophising)
5.      Lihat pada penggunaan kata-kata absolut
6.      Lihat pada pernyataan yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau seseorang yang konseli pikir mereka tidak dapat menahannya.
7.      Lihat pada ramalan atau prediksi masa depan.

E.     HAKIKAT KONSELING
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien. Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
1.   Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2.    Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3.   Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4.   Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.

F.     KONDISI PENGUBAHAN
1.      TUJUAN
Tujuan utama REBT berfokus pada membantu konseli untuk menyadari bahwa mereka dapat hidup rasional dan produktif. REBT membatu konseli agar berhenti  membuat tuntutan dan merasa kecal melalui kekacauan, konseli dalam REBT dapat mrngekspresikan beberapa perasaan negatif, tetapi tujuan utamanyaadalahmembatu klien agar tidak memberikan tanggapan emosional melebihi yang selayaknya tehadap sesuatu peristiwa.
REBT juga mendorong konseli untuk lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, serta mengajak mereka untuk mencapai tujuan pribadi. Tujuan trsebut dicapai dengan mengajak orang berfikir rasional untuk mengubah tingkah laku menghancurkan diri dan dengan membantunya mempelajari cara bertindak yang baru.
2.      SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELOR
Tugas utama konselor dalam hal ini secara pokok ada dua:
1.      Interpersonal, yaitu membangun hubungan terapeutik, membangun rapport, dan suasana kolaboratif
2.      Organisational, yaitu bersosialisasi dengan konseli untuk memulai terapi, mengadakan proses assesmen awal, menyetujui wilayah masalah dan membangun tujuan konseling.
Konselor harus aktif dan langsung. Mereka adalah instruktur yang mengajarkan danmembetulkan kognisi konseli. Melawan keyakinan yang tertanam kuat membutuhkan lebih dari sekedar logika. Dibutuhkan repetisi dan konsistensi. Oleh karena itu, konselor harus menyimak dengan cermat untuk menemukan pernyataan tidak logisatau salah dari kliennya dan keyakionan yang bertentangan. Konselor harus cerdas, berwawasan, empatik, respek, tulus, konkret, bertekad kuat, ilmiah, berminat membantu orang lain, dan pengguna REBT.
Terapis REBT menganggap bahwa kondisi fasilitatif inti dari empati, penerimaan tanpa syarat dan keaslian sering diinginkan, namun itu tidak cukup untuk merubah dalam terapi konstruktif. Untuk membatu perubahan tersebut terjadi, teripis REBT perlu membantu klien mereka untuk melakukan hal berikut:
·         Sadarilah bahwa sebagian besar maslah psikologis ditimbulkan oleh mereka sendiri.
·         Mengakui sepenuhnya bahwa mereka mampu mengatasi masalahnya.
·         Memahami bahwa maslah mereka berasal dari sebagian besar keyakinan mereka yang irrasional.
·         Mendeteksi keyakinan irrasional dan membedakannya dengan  keyakinan rasional mereka.
·         Periksa keyakinan irasional mereka dan keyakinan rasional mereka sampai mereka melihat dengan jelas bahwa keyakinan irasional mereka adalah palsu, tidak logis dan tidak konstruktif, sementara keyakinan rasional mereka benar, masuk akal dan konstruktif.
·         Berusaha menuju internalisasi keyakinanbaru mereka yang irrasional dengan menggunakan berbagai metode kognitif (termasuk imaginal), emosi dan metode perubahan perilaku. Dalam tindakan tertentu dengan cara-cara yang konsisten dengan keyakinan rasional mereka ingin mengembangkan dan menahan diri dari bertindak dengan konsisten menggunakan keyakinan lema mereka yang irasional.
·         Perluas proses pemeriksaan keyakinan dan menggunakan metode perubahan multimodal ke daerah kehidupan mereka yang lain dan berkomitmen untuk melakukannya selama diperlukan.

3.      SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELI
Umumnya, peran klien dalam REBT mirip seorang siswa atau pelajar. Proses konseling dipandang sebagai suatu proses reedukatif di mana klien belajar cara menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah.
Pengamalam utama klien adalah mencapai pemahaman emosional atas sumber-sumber gangguan yang dialaminya. Pada taraf pertama, klien menjadi sadar bahwa ada anteseden tertentu yang menyebabkan timbulnya irrasional belief. Taraf kedua, klien mengakui dirinyalah yang sekarang mempertahankan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang irrasional. Tahap ketiga, klien berusaha untuk menghadapi secara rasional-emotif, memikirkannya, dan berusaha menghapus irrational belief dan mengggantinya dengan rational belief.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.

4.      SITUASI HUBUNGAN
Kerena REBT pada dasarnya adalah proses perilaku kognitif dan direktif, sebuah hubungan intens antara terapis dan klien tidak diperlukan. Seperti halnya terapi person centered Rogers, praktisi REBT menerima tanpa syarat semua klien den juga mengajarkan mereja untukm menerima oranglain tanpa syarat dan diri mereka sendiri.
Namun, Ellis yakin bahwa terlalu banyak kehangatan dan pemahaman dapat menjadi kontraproduktif dengan menumpuk rasa ketergantungan persetujuan dari terapis. Praktisi REBT menerima klien mereka sebagai makhluk tidak sempurna yang dapat dibantu melalui berbagai teknik mengajar, biblioterapi dan modifikasi perilaku,. Ellis membangun hubungan dengan kliennya dengan menunjukkan kepada mereka bahwa ia memiliki iman yang besar dalam kemampuan mereka untuk merubah diri mereka sendiri dan bahwa ia memiliki alat untuk membantu mereka melakukan hal ini.
Terapis REBT sering terbuka dan langsung dalam pengungkapan keyakinan diri dan nilai-nilai. Mereka bersedia untuk berbagi ketidaksempurnaan diri mereka sebagai cara untuk memperjuangkan gagasan realistis klien. Itu adalah penting untuk membangun sebanyak mungkin hubungan egaliter, sebagai lawan untuk menghadirkan diri sebagai sebuah otoritas.

G.    MEKANISME PENGUBAHAN
1.      TAHAP-TAHAP KONSELING
TAHAP I
Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irrasional. Proses ini memnbantu klien memahami bagaimana dan mengapa dapat terjadi irrasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka mempunyai potensi untuk mengubah hal tersebut.

TAHAP II
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik konseling REBT untuk membantu konseli mengembangkan pikiran rasional.
TAHAP III
Tahap akhir, konseli dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rsional serta mengembangkan fillosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikirian irasional.
Tahap-tahap ini merupakanproses natural dan berkelanjutan. tahap ini menggambarkan keseluruhan proses konseling yang dilalui oleh konselor dan konseli.

2.      TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK KOGNITIF
·         Dispute Kognitif (cognitif diputation)
·         Analisis Rasional (ratinal analysis)
·         Dispute standar ganda (double-standart dispute)
·         Skala katastropi (catastrophe scale)
·         Devil’s advocate atau rational role riversal
·         Membuat frame ulang (refeaming)
TEKNIK IMAGERI
·         Dispute imajinasi ( imaginal disputation)
·         Kartu kontrol emosional ( the emotional control card – ECC)
·         Proyeksi Waktu (time projection)
·         Teknik melebih-lebihkan (the blow-up technique)

TEKNIK BEHAVIORAL
·         Dispute tingkah laku (behavioral disputation)
·         Bermain peran (role playing)
·         Peran rsional tebalik (ratinal role reversal)
·         Pengalaman langsung (exposure)
·         Menyerang rasa malu (shame attacking)
·         Pekerjaan rumah (homework assignment)
H.    HASIL PENELITIAN
1.      Aaron Beck – Cognitive Therapy
Cognitive Therapy, didasarkan pada alasan teoritis bahwa cara orang merasakan dan berperilaku ditentukan oleh bagaimana mereka memahami dan struktur pengalaman mereka
2.      Donald Maichenbaum – Cognitive Behavior Modification
Cognitive Behavior Modification, pernyataan terhadap diri dalam banyak hal juga mempengaruhi diri seperti halnya pernyataan dari orang lain. Merubah pola sifat  untuk mengevaluasi perilaku.
I.       KELEMAHAN DAN KEKUATAN
KEKUATAN
·      Pendekatan ini jelas, mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan klian hanya mengalamisedikit kesulitan dalam mengalami prinsip ataupun terminologi REBT.
·      Pendekatan ini ddapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan teknik tingkah laku lainnya untuk membantu klian mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.
·      Pendekatan ini relatif singkat dan klian dapat melanjutkan penggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.
·      Pendekatan ini telah menghasilkan banyak literatur dan penelitian untuk klian dan konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat mengembangkan materi biblioterapi seperti ini.
·      Pendekatan ini terus-menerus berevolusi selama bertahun-tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki.
·      Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan kesehatan mental parah seperti depresi dan anseitas
KELEMAHAN
·      Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada individu yang mempunyai gangguan atau keterbatasan mental, seperti schizophrenia, dan mereka yang mempunyai kelainan pemikiran yang berat.
·      Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya, Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.
·      Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuatkonselor terlalu fanatik dan ada kemungkinan tidak merawat klien seideal yang semestinya.
·      Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang paling sederhana dalam membantu klien mengubah emosinya.

J.       SUBER RUJUKAN
·         Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, 9th. Belmont, California : Brooks/Cole.
·         Nelson-Jones, R. 2011. Theory and Practice of Counseling and Therapy, 4th. Terjemahan Helly Prajitno & Sri Mulyantini. 2012. Jakarta : Pustaka Pelajar
·         Komalasari, Gantina. Teori dan Teknik Konseling. 2011. Jakarta : Indeks
·         Parrot III, L. 2003. Counseling and Psychotherapy. Pacific Grove, 2nd. CA: Brooks/Cole.
·         Gladding, Samuel T. 2009. Konseling: Profesi yang Menyeluruh (edisi enam). Terjemahan P.M. Winarno & Lilian Yuwono. 2012. Jakarta: PT. Indeks.
·         Thomson, A. Rosemary.  2003.  Counseling Techniques, 2nd. London : Roudledge
·         Ellis, Albert & Dryden, Windy. 1997. The Practice of Rational Emotive Behavior Therapy, New York : Springer Publishing
·         Dryden, Windy & Neenan, Michael. 2006. Rational Emotive Behavior Therapy : 100 Key Point . New York : Routledge
 

Sample text

Sample Text