A.
SEJARAH PERKEMBANGAN
Person Centred Therapy dikembangkan oleh Carl
Ransom Rogers pada tahun 1940.
Dalam perkembangannya, Person Centred terapi
terdiri dari empat tahap, yaitu
1.
PERIODE PERTAMA (Tahun 1940-an)
-
Pada awalnya pendekatan bernama Nondirective
Counseling.
-
Pendekatan ini menekankan
penciptaan suasana permisif
(kebebasan) dan non direktif dalam proses konseling
-
Menentang asumsi bahwa terapis adalah individu
yang tahu segalanya tentang klien.
-
Pendekatan ini tidak menggunakan prosedur konseling: nasehat, sugesti, arahan, persuasi,
pengajaran, diagnosis, dan interpretasi
-
Pendekatan ini memusatkan pada refleksi
dan klarifikasi pengalaman verbal dan non verbal klien.
-
Tujuannya untuk membantu konseli
menyadari dan memperoleh pemahaman tentang perasaan-perasaannya.
2.
PERIODE KEDUA (Tahun 1950-an)
-
Pendekatan ini berganti nama dengan Client-Centered Therapy.
-
Mereflesikan penekanan pada klien daripada metode
nondirektif.
-
Pendekatan
ini lebih menekankan pada dunia pengalaman klien.
-
Adanya asumsi bahwa cara terbaik
memahami perilaku individu ialah dari kerangka internal individu tersebut (frame of
reference)
3.
PERIODE KETIGA ( Tahun 1950-an s.d
1970-an)
-
Kondisi-kondisi konseling diperlukan bagi perubahan klien.
-
Person centered therapy diaplikasikan dalam bidang pendidikan (student
centered teaching).
4.
PERIODE KEEMPAT ( Tahun1980-an dan 1990)
-
Person centered therapy dikembangkan
secara luas dalam bidang pendidikan, industri, kelompok, resolusi
konflik, dan perdamaian dunia.
-
Karena
memiliki pengaruh yang besar, maka pendekatan ini pada ahirnya menjadi Person
Centered Approach.
B.
HAKIKAT MANUSIA
·
Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab dan
dapat dipercaya.
·
Manusia dapat berkembang secara positif.
·
Manusia adalah makhluk bernilai dan bermartabat.
·
Manusia memiliki kapasitas
untuk mengatasi perasaan, pikiran dan tingkah lakunya.
·
Manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya sendiri.
C.
PERKEMBANGAN PERILAKU
1. Struktur Kepribadian
§ Organisme
Merupakan
individu itu sendiri yang mencakup aspek fisik dan psikologis.
§ Phenomenal
Field
Pengalaman-pengalaman
hidup yang bermakna bagi individu.
§ Self
Interaksi
antara organisme dengan phenomenal field
akan membentuk self yang merupakan kesadaran tentang self akan membantu
seseorang membedakan dirinya dengan orang lain.
2. Pribadi sehat dan bermasalah
ü Pribadi bermasalah muncul karena adanya
ketidaksesuaian (incongruence) antara
persepsi diri dengan realitas dan kefrustasian atas tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar.
ü Pribadi sehat
Individu
dapat dikatakan memiliki pribadi yang sehat ketika ia memiliki
kualitas-kualitas seperti:
a. Terbuka terhadap pengalaman
b. Kebebasan eksistensial (Dapat merasakan kebebasan
dan bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan yang dia buat)
D.
HAKIKAT KONSELING
Pada dasarnya individu memiliki kekuatan untuk mengarahkan drinya dan menemukan penyelesaian
atas masalahnya. Terapis berperan
sebagai fasilitator dengan membangun hubungan interpersonal dan menghadirkan
iklim yang kondusif dalam proses terapi dengan menunjukkan sikap keselarasan (
genuiness, penghargaan tak bersyarat kepada klien dan empati). Hal tersebut
berguna agar klien berhasil mencapai tujuan terapi yaitu menjadi individu yang
berfungsi penuh (fully functioning
person).
E.
KONDISI PENGUBAHAN
1. Tujuan
ü Klien dapat mencapai kebebasan dan kemandirian.
ü Klien dapat mengatasi masalah di masa sekarang dan
yang akan datang.
ü Membantu klien untuk menjadi manusia seutuhnya (fully functioning person).
2. Sikap, peran dan tugas konselor
Konselor berperan sebagai
fasilitator perubahan bagi klien dengan mengembangkan sikap-sikap antara lain genuineness, empati dan unconditional positif regard.
3. Sikap, peran dan tugas konseli
§ Dapat mengelola kehidupannya sendiri secara lebih
efektif
§ Mampu menyatakan
ketakutan, kecemasan, perasaan berdosa, malu, benci, marah dan perasaan lainnya
§ Belajar bertanggung jawab atas
dirinya
§ Dapat mengeksplorasi pengalamannya
dalam situasi yang lebih aman dan terpercaya
§ Lebih bebas untuk membuat
keputusan dan rasa percaya diri yang meningkat
4. Situasi hubungan
ü Dua orang (terapis dan klien) berada pada kontak
psikologis.
ü Klien berada pada kondisi incogruence.
ü Terapis berada dalam keadaan keserasian
ü Terapis memberikan
penghargaan positif tanpa syarat
ü Terapis memahami dunia internal
konseli dan mengkomunikasikannya kepada klien.
F.
MEKANISME PENGUBAHAN
1. Tahap-tahap konseling
a. Klien datang kepada terapis atas kemauannya sendiri atau atas
saran orang lain. Apabila klien datang atas
saran orang lain, maka terapis harus mampu
menciptakan situasi yang nyaman dan permisif agar klien dapat menentukan untuk tetap
mengikuti konseling daripada membatalkannya.
b. Situasi konseling sejak awal menjadi
tanggung jawab klien, sehingga terapis berperan untuk mengarahkan klien.
c. Terapis mendorong klien untuk mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan, dengan
menunjukkan keaslian, empati dan menerima klien apa adanya.
d. Terapis berupaya agar klien mampu menerima dirinya sendiri (self-acceptnce)
e. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil.
f. Klien merealisasikan pilihannya.
2. Teknik-teknik konseling
ü Mendengarkan aktif.
ü Merefleksikan pengalaman.
ü “Hadir” bagi klien
dengan dukungan dan pemberian keyakinan.
G.
HASIL PENELITIAN
1. Natalie Rogers (1993)
Menggunakan
seni sebagai media untuk memfasilitasi klien mengekplorasi
pengalaman-pengalamannya. Ia berupaya mengembangkan pendekatan ini dengan
menggunakan metode non verbal karena tidak semua klien dapat mengekspresikan
pengalamnnya secara verbal.
2. Jeanne Watson (2002)
Ketika empati seorang terapis bekerja pada ranah kognitif, afektif dan
interpersonal,maka hal itu menjadi alat terapis yang paling kuat pengaruhnya
terhadap perubahan klien.
H.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
1. Kelemahan
•
Memungkinkan
sebagian (terapis) menjadi terlalu terpusat pada konseli sehingga melupakan
keasliannya.
•
Kesalahan
sebagian besar terapis dalam menterjemahkan sikap-sikap yang harus dikembangkan
dalam hubungan terapeutik.
2. Kelebihan
•
Sifat keamanan. Individu dapat mengexplorasi pengalaman-pengalaman
psikologis yang bermaknya baginya dengan perasaan aman.
•
Dapat diterapkan pada setting individual maupun kelompok.
•
Memberikan peluang yang lebih luas terhadap klien untuk mendengar dan
didengar.
•
Rumusannya dapat diuji lagi
SUMBER RUJUKAN
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psycotherapy. Thomson Higher
Education: USA
Gillon, W. 2007. Person Centred Counseling Psychology and Introduction. Sage
Publications: London
Sommers, J., & Rita, S. 2004. Counseling and Psycotherapy Theories in
Context and Practice Skill Strategies and Techniques. John Willey &
Sons Inc: New Jersey
Tudor, K., & Milk, W. 2006. Person Centred Therapy A Clinical Philosophy.
Routledge: USA
good blog, thanks :)
BalasHapus