Pages

Sabtu, 03 November 2012

SFBC (Solution Focus Brief Counseling)


  1. NAMA PENDEKATAN
Nama pendekatan konseling ini adalah Solution Focus Brief Counseling. Konseling ini selanjutnya disingkat SFBC,  adalah suatu konseling singkat yang dibangun atas potensi konseli yang sebenarnya mampu mengkonstruksi solusi dari masalahnya.

  1. SEJARAH PERKEMBANGAN
SFBC merupakan salah satu teknik konseling pendekatan postmodern. Tumbuh dari orientasi terapi strategis di lembaga penelitian jiwa, SFBC menggeser fokus dari penyelesaian masalah untuk fokus pada solusi lengkap.
Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg memulai pergeseran ini di pusat terapi singkat di Milwaukee pada akhir tahun 1970an. Setelah tumbuh tidak puas dengan kendala dari model strategis, pada tahun 1980an de Shazer berkolaborasi dengan sejumlah terapis, termasuk Eve Lipchik, John Walter, Jane Peller, Michelle Weiner-Davis, dan Bill O’Hanlon, yang masing-masing menulis secara ekstensif tentang SFBC dan memulai SFBC di lembaga pelatihan  mereka. Baik O’Hanlon dan Weiner-Davis terpengaruh oleh karya asli de Shazer, namun mereka memperluas dasar ini dan menciptakan apa yang mereka sebut Solution – Oriented therapy. Dalam  bab ini ketika didiskusikan solution-focused brief therapy, solution-focused therapy, dan solution-oriented therapy, lebih difokuskan pada kesamaan pendekatan ini daripada melihat perbedaannya.
Dua pendiri utama SFBC yaitu INSOO KIM BERG : Sebagai Direktur exsekutif, pusat terapi keluarga yang singkat di Milwaukee. Sebagai pimpinan oretician dalam Pemusatan solusi terapi singkat (Solution Focused Brief Therapy (SFBT). Dia menyediakan tempat kerja yang dipersatukan, Japan, Korea Utara, Australia, Denmark, Inggris dan Jerman. Hasil tulisannya adalah jasa keluarga yang didasarkan: Pusat pendekatan solusi (1994), bekerja dengan masalah-masalah pemabuk (1992), Pusat Pendekat solusi (1992), dan Interviewing solution (2002).
STEVE DE SHAZER : salah satu pelopor (SFBT) Senior perkumpulan penelitian di Milwaukee, pengarang buku solusi terapi singkat SFBT (1985), petunjuk-petunjuk mempelajari (SFBT) (1988), meletakan perbedaan untuk bekerja (1991), awalnya kata sihir (1994). Dia mempresentasikan melalui tempat-tempat kerja, pelatihan, dan meluas sebagai konsultan di Amerika utara, Eropah, Australia, dan Asia untuk pengembangan teori dan solusi-solusi praktek.
SFBC berbeda dengan dari terapi tradisional dengan mengulas masa lalu dalam mendukung baik saat ini maupun masa depan. Konselor fokus pada apa yang mungkin, dan mereka kurang tertarik dalam  mengeksplorasi masalah. De Shazer mengatakan bahwa tidak perlu mengetahui penyebab masalah untuk menyelesaikannya dan tidak perlu menghubungkan antara penyebab masalah denga solusi. Pengumpulan informasi mengenai masalah tidak dibutuhkan dalam mengubah hal yang terjadi.
Jika mengetahui dan memahami masalah itu tidak penting, maka selanjtnya adalah mencari solusi yang benar. Setiap orang mungkin mempertimbangkan banyak solusi, dan apa yang benar bagi seseorang bisa jadi tidak benar menurut orang lain. dalam SFBC, konseli memilih tujuan  penyelesaian yang mereka harapkan, dan sedikit perhatian dalam memberikan diagnosis, pembicaraan masa lalu, atau eksplorasi masalah.
SFBC dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan optimal. Asumsi pokok dalam SFBC ini bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan hidup, walaupun kadang-kadang kita mungkin kehilangan arah atau kesadaran tentang kemampuan kita. Tanpa memperhatikan apa yang dibentuk konseli ketika mereka memulai konseling, Berg percaya konseli kompeten dan tugas konselor adalah untuk membantu konseli mengenali kompetensi yang mereka miliki. Esensi dari konseling ini adalah melibatkan konseli dalam membangun harapan dan optimis dengan membuat ekspektasi positif dalam kemungkinan perubahan. SFBC adalah pendekatan non patologis yang menekankan kompetensi dari pada kekurangan, dan kekuatan dari pada kelemahan. Model SFBC membutuhkan sikap filosofis dalam  menerima konseli dimana mereka dibantu dalam membuat solusi. O’ Hanlon mendeskripsikan  orientasi positif : “ menumbuhkan solusi – meningkatkan kehidupan manusia dari pada fokus  pada bagian-bagian patologi masalah dan perubahan menakjubkan dapat terjadi sangat cepat”. Karena konseli sering datang ke konseling dengan  pernyataan “ orientasi masalah”, bahkan sedikit solusi yang mereka pertimbangkan bersampul dalam kekuatan orientasi masalah. Konseli sering memiliki cerita yang berakar dalam sebuah pandangan yang menentukan apa yang terjadi di masa lalu pasti akan membentuk masa depan mereka. Konselor SFBC menentang pernyataan konseli dengan percakapan optimis yang menyoroti keyakinan mereka dalam pencapaian , menggunakan tujuan dari berbagai sudut. Konselor dapat menjadi penolong dalam  membantu konseli membuat pergeseran dari pernyataan masalah ke kondisi dengan kemungkinan-kemungkinan baru.  Konselor dapat mendorong dan menantang konseli untuk menulis cerita yang berbeda yang dapat menyebabkan akhir yang baru.

  1. HAKIKAT MANUSIA
Konseling berfokus solusi tidak mempunyai pandangan komprehensif tentang sifat manusia, tetapi berfokus pada kekuatan dan kesehatan konseli. Konseling berfokus solusi menganggap manusia bersifat konstruktivis. Sehingga, konseling berfokus solusi didasarkan pada asumsi bahwa manusia benar-benar ingin berubah dan perubahan tersebut tidak terelakkan.





  1. PERKEMBANGAN PERILAKU
1.      STRUKTUR KEPRIBADIAN
Struktur  kepribadian manusia berdasarkan teori SFBC adalah sebagai berikut:
a.       SFBC tidak menggunakan teori kepribadian dan psikopatologi yang ada saat ini
b.      Konselor tidak bisa memahami secara pasti tentang penyebab masalah individu
c.       Konselor perlu tahu apa yang membuat orang memasuki masa depan yang lebih baik dan sehat, yaitu tujuan yang lebih baik dan sehat
d.      Individu tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi bisa mengubah tujuannya
e.       Tujuan yang lebih baik dapat mengatasi masalah dan mengantarkan masa depan yang lebih produktif
f.       Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif, proses positif, saat ini, praktis, spesifik, kendali konseli dan bahasa konseli
g.      Sebagai ganti teori kepribadian dan psikopatologi, masalah dan masa lalu, SFBC berfokus pada saat ini yang dipandu oleh tujuan positif  yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli dan dibawah kendalinya.

2.      PRIBADI SEHAT DAN BERMASALAH
Pribadi sehat berdasarkan teori SFBC adalah:
a.       Manusia pada dasarnya kompeten, memiliki kapasitas untuk membangun, merancang/ merekonstruksikan solusi-solusi sehingga mampu menyelesaikan masalahnya
b.      Tidak berkutat pada masalah, tetapi fokus pada solusi dan bertindak mewujudkan solusi yang diinginkan



Pribadi bermasalah menurut SFBC adalah:
a.       Mengkonstruk kelemahan diri. Dengan cara mengkonstruk cerita yang diberi label “masalah” dan meyakini bahwa ketidakbahagiaan berpangkal pada dirinya.
b.      Berkutat pada masalah dan merasa tidak mampu  menggunakan solusi yang dibuatnya.

  1. HAKIKAT KONSELING
Walter dan Peller berpikir mengenai konseling berfokus solusi sebagai model yang menerangkan bagaimana orang berubah dan bagaimana mereka dapat meraih tujuan mereka. Berikut ini beberapa asumsi dasar SFBC:
1.      Individu-individu yang datang konseling telah mempunyai kemampuan berperilaku efektif, meskipun keefektifan tersebut mungkin untuk sementara terhambat oleh pikiran negatif. Pikiran berfokus masalah mencegah orang dari mengenali cara efektif mereka dalam menangani masalah
2.      Ada  keuntungan untuk fokus positif pada solusi dan di masa depan. Jika konseli dapat mereorientasi diri mereka dengan mengarahkan kekuatan mereka menggunakan “ solution –talk” , merupakan suatu kesempatan bagus dalam konseling singkat
3.      Proses konseling diorientasikan pada peningkatan kesadaran eksepsi (harapan-harapan yang  menyenangkan) terhadap pola masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan
4.      Konseli sering mengatakan satu sisi dari diri mereka. SFBC mengajak konseli untuk memerika sisi lain dari cerita hidupnya yang disampaikan.
5.      Perubahan kecil membuka jalan bagi perubahan besar. Seringkali, perubahan kecil adalah semua yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dibawa konseli ke konseling
6.      Konseli ingin berubah, memiliki kemampuan untuk berubah, dan melakukan yang terbaik untuk membuat perubahan terjadi. Konseli harus mengambil sikap kooperatif dengan konseli daripada merancang strategi sendiri untuk mengendalikan  hambatan. Ketika konselo mencari cara untuk kooperatif dengan konseli, maka perlawanan/ resistensi tidak akan terjadi.
7.      Konseli bisa percaya pada niat mereka untuk menyelesaikan masalah mereka. Tidak ada solusi yang “benar” untuk masalah spesifik yang dapat diaplikasikan pada semua orang. Setiap individu unik dan begitu juga pada setiap penyelesaian masalahnya.

  1. KONDISI PENGUBAHAN
Bertolino dan O’Hanlon  menekankan pentingnya membuat kolaborasi  hubungan terapeutik  dan  perlu dilakukan untuk keberhasilan konseling. Diakui bahwa konselor memiliki keahlian dalam  menciptakan konteks untuk perubahan, mereka menekankan bahwa konseli adalah ahli dalam kehidupan mereka dan sering memiliki perasaan yang bagus tentang apa yang harus dan tidak harus dilakukan di masa lalu dan begitu juga apa yang mungkin dilakukan di masa depan. SFBC mengasumsikan  pendekatan kolaboratif dengan konseli berbeda dengan sikap edukatif yang biasanya dikaitkan dengan model terapi tradisional. Jika konseli terlibat dalam proses terapeutik dari awal sampai akhir, perubahan  meningkat sehingga konseling akan sangat berhasil. Singkatnya, hubungan kolaborasi dan kooperatif  cenderung lebih efektif dari pada hubungan hierarki dalam konseling.

1.      TUJUAN
SFBC menawarkan beberapa bentuk tujuan:
-          Mengubah cara pandang situasi atau kerangka pikir
-          Mengubah situasi masalah dan menekankan pada kekuatan dan sumber daya konseli
-          Konseli didorong untuk terlibat dalam perubahan atau “ solution talk”, dari pada “ problem talk” dengan asumsi bahwa apa yang dibicarakan adalah sebagian besar apa yang akan dihasilkan
-          Berbicara tentang perubahan dapat menghasilkan perubahan. Secepat individu belajar untuk berbicara dalam  istilah kemampuan  dan  kompetensi mereka, apa sumber daya dan kekuatan yang mereka miliki, dan apa yang siap mereka lakukan  dan mengerjakannya, mereka dapat mencapai hal utama dalam konseling.

2.      SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELOR
-          Mengidentifikasi dan memandu konseli mengeksplorasi kekuatan-kekuatan dan kompetensi yang dimiliki konseli
-          Membantu konseli mengenali dan membangun perkecualian-perkecualian pada masalah, yaitu saat-saat ketika konseli telah melakukan (memikirkan, merasakan) sesuatu yang mengurangi atau membatasi dampak masalah
-          Melibatkan konseli untuk berpikir tentang masa depan mereka dan apa yang mereka inginkan yang berbeda di masa depan
-          Konselor mengambil posisi “ tidak mengetahui” untuk meletakkan konseli pada posisi sebagai ahli mengenai kehidupan mereka sendiri. Konselor tidak mengasumsikan diri sebagai ahli yang mengetahui tindakan dan pengalaman konseli
-          Membantu konseli dalam mengarahkan perubahan tetapi tidak mendikte konseli apa yang ingin diubah
-          Konselor berusaha membentuk hubungan yang kolaboratif dan menciptakan suatu iklim yang respek, saling menghargai dan membangun suatu dialog yang bisa menggali konseli untuk mengembangkan kisah-kisah yang mereka pahami dan hayati dalam kehidupan mereka
-          Konsisten dalam membantu konseli berimajinasi bagaimana mereka menginginkan hal yang berbeda dan apa yang akan dilakukan untuk membawa perubahan tersebut terjadi dengan menanyakan “ apa yang Anda inginkan dari datang kesini?”, “apa yang akan membuat perbedaan untukmu?” dan “ apa kemungkinan-kemungkinan yang Anda tandai bahwa perubahan yang Anda inginkan terjadi?.

3.      SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELI
-          Mau dan mampu berkolaborasi dengan konselor
-          Aktif terlibat dalam  proses konseling
-          Memiliki motivasi untuk menyelesaikan masalah

  1. MEKANISME PENGUBAHAN
1.      TAHAP-TAHAP KONSELING
a.      Establishing rapport. Yaitu pembentukan hubungan baik agar proses konseling berjalan lancar seperti yang diharapkan. Agar tercipta iklim yang kolaboratif antara konselor dengan konseli.
b.      Identifying a solvable complaint. Yaitu mengidentifikasi keluhan-keluhan yang akan dipecahkan.
c.       Establishing goals atau menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam proses konseling.
d.      Deigning an intervention atau merancang intervensi
e.       Strategic task  that promote change. Yaitu tugas tertentu yang diberikan oleh konselor untuk mendorong perubahan. Misalnya dengan meminta konseli untuk mengamati  dengan mengatakan:” antara sekarang dan waktu mendatang kita bertemu, saya meminta anda untuk mengamati, sehingga Anda dapat menggambarkan pada saya pada pertemuan mendatang, apa yang terjadi di kehidupan Anda yang Anda inginkan terjadi secara berkelanjutan”.  Penugasan tersebut mendorong konseli bahwa perubahan yang diinginkan pasti terjadi dan tidak terelakkan. Hal tersebut sangat penting dipahami sebelum mereka memulai merancang perubahan.
f.        Identifying & emphazing new behavior & changes. Yaitu mengidentifikasi dan menguatkan perilaku baru dan perubahan.
g.      Stabilization atau stabilisasi
h.      Termination. Pada tahap terminasi, ciri-ciri pertanyaan yang diajukan konselor untuk mengidentifikasi keberhasilan knseling yaitu: “ apa hal berbeda yang diperlukan dalam hidup Anda yang dihasilkan dengan datang kemari sehingga Anda mengatakan bahwa pertemuan kita bermanfaat?”, dan “ ketika masalah Anda teratasi, hal berbeda apa yang akan Anda lakukan?”.

2.      TEKNIK-TEKNIK KONSELING
·         Exeption-Finding Questions : Pertanyaan tentang saat-saat dimana konseli bebas dari masalah. SFBT didasarkan pada gagasan dimana ada saat-saat dalam hidup konseli ketika masalah yang mereka identifikasi tidak bermasalah. Waktu tersebut disebut pengecualian dan disebut “ news of difference”. Konselor SFBC mengajukan ask exeption question untuk menempatkan konseli pada waktu-waktu ketika tidak ada masalah, atau ketika masalah yang ada tidak kuat. Pengecualian merupakan pengalaman hidup konseli di masa lalu ketika dimungkinkan  masalah tersebut masuk akal terjadi, tetapi entah bagaimana hal itu tidak terjadi. Dengan membantu konseli mengidentifikasi dan memeriksa pengecualian tersebut kemungkinan meningkatkan mereka dalam bekerja menuju solusi. Eksplorasi ini mengingatkan konseli bahwa masalah tidak selalu kuat dan  ada selamanya; juga menyediakan kesempatan untuk meningkatkan sumberdaya, melibatkan kekuatan, dan  menempatkan solusi yang mungkin. Konselor menanyakan pada konseli apa yang harus dilakukan agar pengecualian ini lebih sering terjadi. Dalam istilah SFBC, hal ini disebut “change-talk”.
  Miracle Questions : Pertanyaan yang mengarahkan konseli berimajinasi apa yang akan terjadi jika suatu masalah dialami secara ajaib terselesaikan. Konselor menanyakan “ jika suatu keajaiban terjadi dan masalah Anda terpecahkan dalam waktu semalam, bagaimana Anda tahu bahwa masalah tersebut terselesaikan, dan apa yang akan berbeda?”. Konseli kemudian terdorong untuk menegaskan apa yang mereka inginkan agar merasa lebih percaya diri dan aman, konselor bisa mengatakan: “ biarkan dirimu berimajinasi bahwa kamu meninggalkan kantor hari ini dan kamu dalam  rel untuk bertindak lebih percaya diri dan aman. Hal berbeda apa yang akan kamu lakukan?”. Mengubah hal yang dilakukann dan cara pandang terhadap masalah  mengubah masalah tersebut. Meminta konseli untuk mempertimbangkan keajaiban tersebut dapat membuka celah kemungkinan di masa depan. Konseli didorong untuk mengikuti mimpinya sebagai cara dalam mengidentifikasi perubahan apa saja yang paling ingin mereka lihat. Pertanyaan ini memiliki fokus masa depan bahwa konseli dapat mulai  mempertimbangkan hal yang berbeda dalam hidupnya yang tidak didominasi oleh masalah tertentu. Intervensi ini menggeser penekanan  dari masa lalu dan masalah saat ini menuju kehidupan yang lebih memuaskan di masa depan.
  Scaling Questions : Pertanyaan yang meminta konseli menilai kondisi dirinya (masalah, pencapaian tujuan) berdasarkan skala 1-10. Konselor SFBC juga menggunakan teknik ini ketika mengubah pengalaman konseli yang tidak mudah diobservasi, seperti perasaan, keinginan atau komunikasi. Sebagai contoh, seorang perempuan mengatakan bahwa dia merasa panik atau cemas, bisa ditanyakan:” pada skala 0-10, dengan 0 adalah apa yang Anda rasakan ketika Anda pertama kali datang konseling dan 10 sebagai perasaan Anda hari ini setelah keajaiban terjadi dan  masalah Anda teratasi, bagaimana Anda menyatakan  skala kecemasan Anda sekarang?”. Bahkan jika konseli hanya berkembang dari 0 ke 1, dia telah berkembang. Bagaimana dia melakukan itu? Apa yang dia perlukan untuk meningkatkan skala? Pertanyaan skala memungkinkan konseli untuk lebih memperhatikan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka dapat mengambil langkah yang akan memandu perubahan yang mereka inginkan.
  Coping Questions : Pertanyaan yang meminta konseli mengemukakan pengalaman sukses dalam menangani masalah yang dihadapi.
  Compliments : Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji konseli atas kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi pencapaian tujuannya. 

  1. HASIL-HASIL PENELITIAN
Penelitian SFBC telah dilakukan oleh Mulawarman dengan judul Penerapan SFBT untuk meningkatkan harga diri siswa (self esteem) suatu embedded experimental design. Hasil penelitian dilihat dari hasil secara kuantitatif ditemukan perbedaan tingkat self esteem siswa sebelum mendapatkan intervensi SFBT dengan menggunakan Wilcoxon signed rank test, dimana nilai tersebut adalah 2, 207. Pada sisi kualitatif dengan berdasarkan pada hasil analisis percakapan ditemukan bahwa harga diri rendah berubah menjadi harga diri tinggi.

  1. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1.      KELEBIHAN
a.       Pendekatan  ini menekankan pada singkatnya waktu konseling
b.      Pendekatan ini fleksibel dan mempunyai banyak riset yang membuktikan keefektifannya
c.       Pendekatan ini bersifat positif untuk digunakan dengan konseli yang berbeda-beda. Maksudnya, teori konseing ini didasarkan pada asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi dalam meningkatkan kualitas hidup mereka dengan optimal.
d.      Pendekatan ini difokuskan pada perubahan dan dasar pemikiran yang menekankan perubahan kecil pada tingkah laku
e.       Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan pendekatan konseling lainnya
2.      KELEMAHAN
a.       Pendekatan ini hampir tidak memperhatikan riwayat konseli
b.      Pendekatan ini kurang memfokuskan pencerahan
c.       Pendekatan  ini menggunakan tim, setidaknya beberapa praktisi, sehingga membuat perawatan ini mahal

  1. SUMBER RUJUKAN
Corey, Gerald. 2009.Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy Eigh Edition. USA: Thomson Higher education
Palmer, Stephen. 2011.  Introduction to Counselling and Psychotherapy (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gladding, Samuel T. 2012. Counseling a Comprehensive Profession, sixth edition (terjemahan). Jakarta Barat: PT Indeks

5 komentar:

 

Sample text

Sample Text